Lupus Bukan Pupus (Episode 1)
Hallo Teman-teman…!!
Perkenalkan namaku IHDATA MAR’ATU SOLEHAH (ihda) 23 Tahun asal Pandeglang – Banten. sejak umur 16 Tahun aku mengalami gangguan system kekebalan tubuh, kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan penyakit LUPUS atau systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Selama kurang lebih 7 (tujuh) tahun aku menjalani pengobatan lupus di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, disana aku mendapat perawatan intensif dari doker Alergi Imonologi. Para Dokter Alergi sudah sangat baik memberikan pengobatan untuk seluruh pasien lupus.
Hampir 99% teman-temanku tahu bagaimana aku melewati pahit manisnya menderita penyakit Lupus, wajah kemerahan seperti terbakar jika terkena matahari, kaki yang seakan lumpuh jika nyeri sendi, hingga rambut yang rontok hampir habis tak tersisa, semua itu tetap ku lalui dengan kesabaran dan penuh harapan kesembuhan tentunya.
Perlahan, waktu demi waktu ku lewati, berbagai macam kegiatan seperti mengajar, traveling, memasak, olahraga aku lakukan dengan perasaan senang dan bahagia, namun aku tak menyadari disamping kebahagiaan itu ternyata berdampak buruk pada kondisi ginjalku.
Tanggal 16 Juni 2019 adalah awal mulainya masa-masa tersulit yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Pagi itu ketika terbangun dari tidur aku kaget melihat adanya pembekakan dibeberapa organ tubuh, dalam hati ku “Aaahhhh mungkin pembengkakan ini karna terlalu di porsir” walau aku sadar pembengkakan yang ini tidak seperti biasanya, tapi sifatku yang acuh tak acuh mendorong diriku tetap berangkat kerja seperti biasa. Di tempat kerja akupun merasa kelelahan, pusing, sampai kaki serasa tidak mampu mengangkat badan ini untuk berdiri. Karena kondisiku yang tidak stabil ahirnya aku cuma kerja setengah hari lalu minta izin pulang ke rumah untuk istirahat.
Pada pukul 23.45 WIB keluargaku langsung membawaku ke RSCM karena kondisiku semakin tidak karuan, sesampai di RSCM aku langsung dibawa ke ruang IGD untuk ditangani lebih lanjut. Setelah melalui berbagai pemeriksaan, dokter pun memanggil bapak dan suamiku untuk mendapat penjelasan. kurang lebih 20 menit lamanya aku ditinggal pergi oleh bapak dan suamiku, hingga terdengar langkah kaki mereka perlahan berjalan menghampiriku dengan raut wajah yang tak biasa ku lihat.
Melihat raut wajah bapak dan suami yang sedih aku faham jika semuanya tidak baik-baik saja. Secara perlahan dan hati-hati suamiku menyampaikan bahwa kondisiku diharuskan melakukan terapi pengganti fungsi ginjal, karena fungsi ginjalku tersisa 5%.
Mendengar penjelasan itu apakah aku terkejut ??? “YA” lalu apakah aku menangis ??? tentu tidak, aku sosok wanita yang kuat. Karena sebelumnya pun aku tahu lupus bias menyerang kemana saja yang ia mau.
Temen temen tau ga waktu itu kondisi keluarga bagaimana bingungnya memutuskan antara harus cuci darah atau tidak, karna pada dasarnya siapapun ga ada yang mau melakukan itu. Tapi dokter semakin mendesak suami dan bapak ku karna kondisiku semakin melemah.
Bersambung ……