Aktivis Lingkungan: Pencemaran Udara PLTU Suralaya Hingga Jabotabek
Serang,- Aktivis lingkungan menyoroti pencemaran udara dari proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9-10 yang berlokasi di Kota Cilegon. Proyek nasional itu dinilai mencemari udara hingga wilayah Jabotabek.
Aktivis Greenpeace Indonesia, Didit Haryo Wicsksono mengungkapkan, sudah terlalu banyak PLTU di Jawa yang dampaknya bahkan hingga 100 kilometer dari lokasi PLTU, apalagi Jakarta yang secara geografis dikepung belasan PLTU.
“Bukan hanya masyarakat setempat yang terkena dampak polusi udara ini. Pembangkit listrik Suralaya berjarak kurang dari 100 kilometer dari Jabodetabek, kota terbesar di Asia Tenggara. Dari November hingga April, angin yang kencang membawa emisi itu ke kota, membuat 30 juta penduduknya terkena polusi udara berbahaya,” katanya, Jum’at (27/11/20).
Didit mengatakan, PLTU itu bukan hanya berdampak pada lingkungan sekitar, akan tetapi juga disebut sangat merugikan kesehatan masyarakat. Dari polusi yang dihasilkan, dapat menimbulkan penyakit seperti stroke, kanker paru, serangan asma dan penyakit lainnya.
“Meski episentrum polusi berada di Suralaya, namun dampaknya bisa dirasakan beratus kilometer jauhnya. Dampak ini bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Dan membutuhkan waktu yang panjang untuk merasakan akibatnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Aktivis Trend Asia, Andri Prasetio, turut menyinggung energi kotor yang dihasilkan oleh PLTU. Menurutnya, investasi untuk energi kotor sudah tidak relevan dilakukan pada saat ini. Sebab, sudah ada energi terbarukan yang lebih murah dan bersih.
“PLTU memiliki dampak serius mulai dari segi lingkungan, kesehatan, sosial-ekonomi masyarakat, dari hulu hingga ke hilir. Laporan IRENA menyatakan, energi terbarukan terus mencetak rekor baru terkait biaya. Energi terbarukan memiliki biaya yang lebih murah dibanding biaya PLTU mana pun di dunia,” ujarnya.
Di Banten sendiri, ia menuturkan bahwa terdapat banyak potensi energi terbarukan, khususnya dari angin dan panas matahari. Energi tersebut ia klaim sangat ramah terhadap lingkungan dan jauh dari energi kotor.
“Banten memiliki kurang lebih 5000 MW potensi energi bersih. Hampir 3800 MW atau 75 persen energi bersih berasal dari matahari dan angin. Pemanfaatan potensi yang melimpah ini bahkan masih di bawah 1 persen,” pungkasnya. (Arr)