Ketika Ikhlas Mampu Mengalahkan Syaitan

Ketika Ikhlas Mampu Mengalahkan Syaitan
Oleh: Muhamad Bin Syam Ola
Alkisah, Pada zaman dahulu kala, ada seorang dari kaum Bani Israil yang begitu rajin beribadah. Ia beribada kepada Allah dalam waktu yang sangat lama. Kemudian datanglah orang-orang kepadanya dan mengatakan, “Disini ada kaum yang menyembah pohon, bukan Allah.” Ia marah mendengar hal itu, ia kemudian menagmabil kapaknya dan menyandangnya diatas pundaknya lalu menuju pohon yang dibuat sesembahan tersebut dan lantas menebangnya. Iblis menyambutnya dalam rupa seorang tua.
“Hendak kemana engkau?” Kata Iblis.
Si Abid menjawab, “Akum au menebang pohon ini.” Iblis bertanya, “Ada perlu apa engkau dengan pohon ini?” Engkau tinggalkan ibadah dan kesibukanmu dengan dirimu dan meluangkan diri untuk selain itu.”
“Sungguh ini termasuk ibadahku,” ujar si Abid
“Aku tak akan membiarkanmu menebangnya,” sergah Iblis.
Si abid pun berkelahi dengan iblis. Si alim membantingnya dan menduduki dadanya. Maka Iblis berkata, “Lepaskan aku biar aku bias bicara denganmu.” Si alim pun berdiri meninggalkannya, lalu berkatalah Iblis kepadanya, “Hai, Sesungguhnya Allah telah mengugur kewajiban ini dari mu dan tidak mewajibkan atasmu. Engkau tak menyembahnya. Dan emngkau tak wajib menyeru orang-orang selainmu. Allah mempunyai Nabi-nabi di muka bumi. Jikalau Allah menghendaki, tentu dengan mudah akan mengutus mereka menebangnya.”
Berkata Si Abid, “Aku harus menebangnya.”
Iblis menyerangnya, tapi Abid dengan mudah menaklukannya, kemudian Iblis lalu berkata, “Jika aku aku dapat memberikanmu sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi, maukah engkau menggugurkan niatmu?”, lalu Si Abid menjawab “Apa itu”?” Iblis lalu berkata “Engakau ini orang miskin yang tidak punya apa-apa. Engkau minta-minta kepada orang-orang yang memberimu nafkah. Tidakkah engkau senang jika engkau bersedekah kepada saudara-saudaramu, membantu para teteanggamu, serta menjadi kenyang dan tidak bergantung pada orang-orang.”
“Ya,” jawab Si Abid
Iblis berkata, “Tinggalkan urusan ini, aku akan memberimu dua dinar setaip malammu. Engkau dapat mengambilnya setiap pagi saat bangun tidur, itu dapat untuk menafkahi hidupmu, buat anak-anakmu serta dan bisa juga untuk saudara-saudaramu. Pemberianku itu lebih bermanfaat bagimu dari pada menebang pohon ini tak merugikan siapapun.”
Berpikir Si Abid tentang apa yang Iblis katakana. Ia pun berpikir bahwa memang benar kata Iblis tersebut. “Aku bukanlah seorang Nabi yang harus menebang pohon ini. Tidak pula Allah memerintahkan aku untuk menebangnya, yang membuatku tidak berdosa bila tak menebangnya.” Lalu Si Abid pun memintanya berjanji untuk menepati imbalan itu dan bersumpah. Lalu kembalilah Si Abid ke tempat ibadahnya.
Saat pagi tiba, Si Abid mendapati uang dua dinar di dekat kepalanya seperti yang dijanjikan Iblis. Ia pun mengambilnya, demikian pula esoknya. Di hari ketiga hal itu tidak terjadi, ia tidak mendapati apa-apa. Ia pun marah dan kembali memanggul kampaknya dan menebang pohon tadi.
Iblis menyambutnya dalam rupa seorang tua. “Hendak kemana engkau?” Tanya Iblis
“Aku akan menebang pohon ini” jawab Si Abid
“Engaku bohong. Demi Allah, kamu tak akan sanggup melakukan itu dan tak akan ada jalan untukmu kesana,” kata Iblis.
Si Abid pun membantingnya seperti yang sebelumnya ia lakukan.
“Tak akan biasa,” kata Iblis
Iblis malah memegang dan membanting Si Abid, hingga ia seperti burung di hadapan Iblis. Iblis lalu menduduki dadanya lalu berkata, “Urungkan niatmu atau aku akan membunuhmu.”
Si Abid tak punya lagi tenaga, dan berkata “Engaku telah mengalahkan aku. Lepaskan aku dan beritahu aku bagaimana aku bisa mengalahkanmu dulu, tetapi kini kau bias mengalahkan aku.”
Iblis pun menerangkan, “Aku kalah olehmu diawal dulu disebabkan engkau marah karena Allah dan karena niatmu adalah untuk akhirat, maka Allah dapat membuatku tunduk dihadapanmu. Namun hari ini engkau marah bukan karena Allah dan Akhirat, melainkan karena dirimu dan dunia, oleh karena itu dengan mudah aku berhasil menghajarmu.”
Hikmah dibalik kisah ini :
Ikhlas itu memang sulit. Ikhlas seumpama orang yang buang hajat, ketika kotoran itu terbuang, maka kita sama sekali tidak pernah bertanya lagi gerangan kotoran itu hanyut. Ikhlas juga demikian, ia tidak membutuhkan pertanyaan. Ikhlas itu jika kita mampu keluar dari ego kita menuju Allah SWT.
Ikhlas tidak membutuhkan kata-kata. Jika kita ikhlas dengan sebaik-baiknya ikhkas, maka yakinlah Syaitan akan kalah dengan kita. Al-Qur’an sendiri pernah menyebut sesumbar syaitan kepada Allah bahwa ia akan terus menggoda kita sampai kita ikut kepada jalannya. Kecuali satu yang tidak bias digoda, yakni orang-orang yang ikhlas hanya dan untuk Allah SWT.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk selalu dapat berbuat ikhlas. Amin
Penulis adalah Kru Digdaya Mediatama