Taman Kota Ramah Pedagang Kaki Lima
Digdayamedi.id | Dalam perjalanannya pedagang kaki lima (PKL) selalu menjadi warga Negara kelas dua yang belum mendapat tempat yang layak dalam kebijakan pemerintah. Padahal, pedagang kaki lima merupakan salah satu tulang punggung perekenomian Indonesia. Dalam sejarahnya, saat era krisis pada tahun 1998, dimana roda perekenomoian bangsa dalam sektor keuangan dan investasi mandeg. Justru, usaha kecil menengah yang dipelopori oleh PKL ini terus melaju menjadi awal kebangkitan baru ekonomi Indonesia.
Keterpurukan itu bisa terselamatkan dengan ekonomi sektor riil yang berjalan apa adanya dikalangan masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu. Dimana perekenomian Indonesia yang sudah kembali normal seakan-akan lupa sejarah masa lalu. Dimana UMKM dan PKL menjadi pelopor kebangkitan kini mereka tersingkirkan dalam wacana pembangunan. Entah kenapa, saat ini seakan-akan potensi PKL tidak terlalu dilirik oleh para pemegang kebijakan. Padahal, data pengangguran dan angkatan kerja di berbagai daerah sangatlah besar. Tentu permasalahan ini harus menjadi perhatian pemerintah agar mendapatkan solusi yang tepat. Sehingga dikemudian tidak salah kaprah dalam menerapkan kebijakan.
Sementara itu, kita menemukan satu konsep yang pernah diterapkan kota Bandung, yaitu pembangunan yang berorientasi kepada indeks kebahagiaan masyarakat. Saat itu, Ridwan Kamil sebagai Walikota mula-mula merubah wajah Bandung yang tadinya dipenuhi masalah sampah, kemudian meloncat menjadikan Bandung sebagai kota kreatif yang menghasilkan banyak inovasi. Salah satu yang ia bangun adalah taman kota.
Ditengah kesibukan warga dan padatnya jadwal kerja sehingga waktu untuk berinteraksi sangat sulit maka taman kota adalah wujud program nyata pemerintah untuk menyelesaikan persoalan yang mendera warga. Dengan taman kota kebahagiaan akan meningkat. Dari sana tentu saja angka harapan hidup masyarakat akan terbangun. Perkembangan ini dapat dijadikan contoh yang sangat baik untuk wilayah Banten dan sekitarnya.
Lebih khusus adalah Kabupaten/Kota di Banten. Yang secara format pembangunan masih mencari-cari konsep yang baku. Sejauh ini dalam dokumen RPJMD Provinsi Banten, yang memiliki Visi “Banten Yang Maju, Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Dan Berakhlaqul Karimah,” tentu daya saiang yang dimaksud adalah daya saing rakyat dalam kehidupan berekonomi.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis mengusulkan agar “Taman Kota Ramah Pedagang Kaki Lima” menjadi salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam pembangunan Banten. Mengingat di alun-alun kota di Banten masih sangat minim fasilitas yang dijadikan sebagai sarana bagi warga untuk bercengkrama dan bersosialisasi untuk meningkatkan kebahagiaan juga kesejahteraannya. Dengan ini penulis mengajukan sebuah konsep yang menyatukan taman kota dengan pedagang kaki lima. Dimana sebuah konsep taman kota tidak menjadikan pedagang kaki lima sebagai sesuatu yang memperburuk citra. Namun pedagang kaki lima dijadikan ide utama agar taman kota memiliki fungsi ekonomi.
Tidak hanya sebatas membuat warga bahagia juga membuat pemerintah daerah terbantu dengan meningkatnya transaksi bisnis, mengurangi pengangguran dan menyelamatkan angkatan kerja dengan sektor usaha kreatif yang dimiliki oleh pedagang kaki lima. Dengan demikian kondisi ini bisa kita jadikan konsep dasar untuk membuat banyak taman kota di Banten agar menjadi titik perkumpulan warga. Lalu kita undang berbagai PKL dari berbagai jenis usaha untuk dapat mengisi lapak yang telah kita sediakan dan desain dari awal. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi akan melaju, pengangguran akan berkurang, kebahagiaan warga akan meningkat. Bukankah ini kesempatan emas bagi kita semua jika konsep ini diwujudkan. Semoga.
Penulis, Dede Qodrat Alwajir, Direktur Pelaksana Spectrum Data Indonesia