Psikopatologi
Apakah anda pernah mendengar istilah judul di atas. Tentu istilah ini sangat asing bagi kita sebagai warga biasa. Apalagi yang tidak mengakrabi dunia kedokteran pasti tambah sulit untuk memahami nya.
Saya mengenal istilah Psikopatologi dari seorang dokter di salah satu rumah sakit umum daerah. Menurut dokter, sebutan ini dikeluarkan pasca mengikuti serangkaian tes. Biasanya tes ini disebut sebagai tes kesehatan jiwa. Apakah ini serius. Apakah tes kesehatan jiwa itu ada? Ya, tentu saja.
Di era modern sekarang ini kesehatan jiwa merupakan kajian yang tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan fisik. Seringkali kita mendengar istilah dibalik jiwa yang sehat terhadap tubuh yang kuat. Kalimat ini menegaskan sudah tidak ada lagi dikotomi antar keduanya.
Kesehatan jiwa bahkan dibahas panjang lebar oleh Henry Manampiring (2019) dalam bukunya, Filosofi Teras. Buku ini mengurai sikap mental mana yang perlu diprioritaskan oleh generasi milenial dalam menghadapi serbuan gangguan stres yang bertubi-tubi. Pada bagian buku ini dibahas tentang filsafat di era stoa yang menekankan kepada kita untuk memilih menyikapi dengan bijak apa yang bisa kita kendalikan dan yang tidak bisa kita kendalikan. Sehingga kita tidak mudah di distrack oleh hal-hal diluar kendali kita.
Kembali ke soal definisi, dalam salah satu tulisan yang diterbitkan Universitas Sumatera Utara, Psikopatologi adalah patologi kelainan jiwa, cabang ilmu kedektoran yang mempelajari sebab-sebab dan sifat gangguan jiwa. Sebagai definisi tambahan, Psikopatologi merupakan sebuah studi tentang gangguan mental mencakup pikiran, perasaan dan perilaku yang abnormal.
Dari definisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Psikopatologi merupakah sebuah kondisi jiwa yang mengalami gangguan. Bahkan jiwanya dalam keadaan tidak normal. Gangguan jiwa ini bisa disebabkan karena stres berkepanjangan atau hal lain diluar kondisi internal jiwa kita masing-masing. Artinya penyebab dominan stres itu muncul dari luar.
Seorang filsuf pada zaman stoa, Marcus Aurelius dalam bukunya meditations pernah menyarankan hal yang sederhana, “kamu memiliki kendali atas pikiranmu, bukan kejadian-kejadian di luar sana. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.” Sungguh gangguan kesehatan jiwa sebenarnya tidak perlu kita alami jika kita mengamalkan hal yang sederhana seperti yang diajarkan Marcus Aurelius. Dalam menghadapi sesuatu yang diluar kendali, seringkali kita harus lebih sering mengatakan, que sera sera, yang terjadi terjadilah.
Penulis, Direktur Pelaksana Spectrum Data Indonesia