Menyoal Kerusakan Lingkungan, Pegiat Lingkungan Soroti Industri Besar

Serang | Menanggapi permasalahan pemanasan global, Industri-industri besar dinilai menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Hal ini disampaikan Pendiri Komunitas SCHOLE, Ryan Hafiedz pada acara kelas menulis jurnalis lingkungan yang digelar oleh LPM SiGMA di Aula UIN SMH Banten, Sabtu (16/11).
Ryan mengatakan, perusahaan-perusahaan besar seringkali melanggar ketentuan soal pemeliharaan lingkungan. Misal dalam pemilihan kemasan produk. “Demi mendapatkan keuntungan besar lewat hasil penjualan yang masif, industri atau perusahaan memakai bahan-bahan kemasan yang tidak bisa di daur ulang, seperti Alumunium Foil yang tergolong sampah Residu,” ungkapnya.
“Sampah alumunium foil adalah yang paling berbahaya karena tidak bisa di daur ulang. namun ttap digunakan oleh produsen agar dapat diproduksi secara masal dengan kemasa sachet,” katanya.
Menurut Ryan, pihak industri dalam hal ini belum bertanggungjawab atas limbah yang disebabkan oleh aktifitas produksinya. “Produk-produk industri kapitalis itulah yang melanggar,” ujarnya.
Ia juga mempertanyakan soal posisi pemerintah. Menurutnya ada ketimpangan, dalam hal-hal tertentu pemerintah malah berada di bawah kendali korporasi. “Dari sekian banyak sampah plastik yang menumpuk, faktanya yang bisa didaur ulang cuma sembilan persen. Sisanya tetap di TPA (tempat pembunagan akhir – red). Akhirnya indonesia impor sampah lagi dari luar untuk memproduksi biji plastik,” tambahnya.
Masalah-masalah tersebut banyak yang belum diketahui oleh masyarakat. Salah satu media pemberitaan, kata Ryan, pernah menyebutkan bahwa plastik tidak berbahaya. Namun langsung ditanggapi oleh greenpeace bahwa hal itu tudak benar adanya. Hal-hal seperti itu menurutnya harus ada yang menyeimbangkan. “Disinilah peran jurnalis,” pungkasya. (nji)