Perkuat Ikhtiar, Sempurnakan Tawakal

Digdayamedia.id | Kawan, yang paling mahal dalam hidup ini adalah kebutuhan batin kita. Dunia melimpah tidak ada artinya jika Allah Ta’ala cabut ketenangan dari hati kita. Punya harta melimpah tetapi hati selalu merasa tidak cukup, kita akan disiksa oleh yang tidak ada. Punya kedudukan tinggi, kekuasaan yang besar, tetapi hati takut ada yang merebut, hidup kita pun dijamin tidak akan nyaman. Begitu juga saat punya rumah bagus, kasur empuk, tetapi hatinya penuh kegelisahan, semuanya menjadi tidak ada artinya. Maka, hati yang tenang itu mahal harganya.
Lalu, di manakah kunci untuk memiliki hati yang nyaman ini? Kuncinya akan kita temukan ketika hati tidak bersandar, tidak berharap, tidak bergantung, sekecil apapun selain hanya kepada Allah Ta’ala. Jika demikian, Allah pasti akan mencukupi kebutuhannya dengan Sempurna.
Hidup bukan hanya memerlukan uang. Kita pun memerlukan yang lainnya, yaitu fisik yang sehat, akal yang berfungsi optimal, dan hati yang lapang.
Sayang kalau kita menganggap kebutuhan itu hanya finansial saja. Tidak ada gunanya uang jika hatinya resah. Dan, tidak ada yang tahu kebutuhan kita selain Dia yang telah menciptakan kita. Maka, punya uang itu sama sekali tidak identik dengan cukup. Ada banyak orang yang uangnya banyak tapi dia tidak pernah merasa cukup. Selalu merasa kurang dan merasa miskin terus.
Maka, hidup kita akan nikmat apabila kita tidak mengharap apapun selain hanya dari AIIahTa’aIa. Hati ini tidak berharap kepada yang lain, sekecil dan sehalus apapun. Kalau berbuat, cukup Allah yang tahu. Orang mau tahu mau tidak, orang mengakui atau tidak, orang mau menghargai mau tidak, tidak ada masalah. Allah melihat sudah cukup.
Jadi, pemahaman bahwa Allah yang menciptakan kita, Allah yang tahu persis kebutuhan kita, bahwa Dia lebih tahu dari kita sendiri, dari siapapun juga, menjadi hal yang layak untuk kita miliki dan latih terus menerus. Berlatihlah terus agar tidak ada yang kita sandari selain AIIah Ta’aIa. Dari kecil hidup saya dijamin oleh Allah, jadi mengapa harus curiga? Kalau pun kita bergaul dengan orang, bekerja, punya tabungan, ada dana jaminan hari tua, hal itu jangan sampai menjadikan kita melepaskan sandaran kepada Allah Ta’ala.
Semakin sempurna tawakalnya, kita akan seperti burung terbang. Menurut Rasulullah Saw, burung terbang pulangnya pasti kenyang. Orang yang hatinya tawakal kepada Allah, bulat dan utuh, rezekinya pasti akan dijamin. Namun, penting untuk didasari bahwa tawakal itu tempatnya di hati. Otak ada kewajibannya, tubuh ada kewajibannya. Tawakal itu bagian dari ikhtiar hati. Sehingga, tidak mudah orang bisa tawakal. Contoh paling bagus adalah Siti Hajar yang ditinggalkan Nabi Ibrahim as. di Lembah Bakkah, yang sekarang namanya Mekkah,
Karena yakin Allah Ta’ala yang memerintahkan, wanita mulia tersebut yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkannya walau ditinggal suami dengan bayi di tempat yang tidak ada siapa-siapa. Beliau sangat yakin dengan itu semua. Namun, keyakinan ini tidak membuatnya hanya berdiam menunggu datangnya pertolongan Allah. Hajar pun menyempurnakan ikhtair. Dia bolak balik antara Bukit Safa dan Marwa tujuh kali. Bayangkan lari bukit Safa lalu ke Marwa hingga tujuh kali. Dan ternyata air zam-zam itu keluarnya tidak di bukit Safa, tidak di Marwa, tetapi di dekat Ka’bah.
Artinya apa? Hati yakin dan ikhtiar pun sempurna. Dan ternyata, datangnya pertolongan Allah tidak di tempat yang kita ikhtiari. Allah memiliki kehendak yang sempurna tentang apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Maka,Jangan ragu karena setiap ikhtiar pasti dilihat oleh Allah, baik lahir mau pun batin, dan tidak pernah disia-siakan-Nya.
Sempurnanya tawakal tidak boleh menghambat ikhtiar. Rasulullah Saw sempurna tawakalnya, tetapi ketika hijrah Rasulullah Saw tetap bersiasat. Ketika hendak berperang, Rasulullah Saw menggunakan dua lapis baju besi. Padahal, beIiau tahu persis nyawa beliau dalam genggaman Allah, dan tidak akan celaka tanpa izin Allah Ta’ala.
Jadi, ikhtiar itu termasuk ibadah dan sebentuk amal saleh kita, tawakal juga begitu. Jangan sampai karena ikhtiar tidak tawakal atau karena tawakal jadi tidak ikhtiar. Kavlingnya bukan setengah-setengah, tetapi seratus persen.
Oleh karena itu, luruskan niat bahwa kita bekerja itu amal saleh, sempurnakan ibadah yang bagus. Jangan sampai karena kesibukan dunia, ibadah jadi berantakan. Bekerjalah yang profesional, tetapi hati tidak pernah bergantung kepada ikhtiar, cukup Allah saja.
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang waktu keluar dari rumahnya membaca, ‘Bismillahi tawakkaltu alallahi wa za haula wa za quwwatailla billah, maka dikatakan kepadanya, ‘Engkau telah mendapat petunjuk, engkau telah dijamin, engkau terpelihara dan dijauhkan dari setan’.” (HR Abu Daud, at-Tirmidzi).
Sumber: Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah Jilid 1
Penulis: Istiqomat