Refleksi Sumpah Pemuda dalam Menjawab Tantangan Zaman

Oleh: Taufik Hidayat at-Tanari (Koordinator Jaringan GUSDURian Banten)
Nusantara yang kala itu menjadi sebuah kerajaan terbeser dipenuuru dunia, meliputi wilayah pulau jawa, bagian timur, tengah, sumatera, Malaysia hingga brunei ya waktu itu menurut catatan sejarah adalah yang dkomandoi oleh patih gajah mada dengan sumpah phalapa nya yang begitu menggema dan menakjubkan memliki kekayaan yang melimpah tak terkecualin rempah-rempah yang menjadi primadona setiap penjuru negeri sebutlah itu bangsa asing diantaranya ialah bangsa portugis, inggris, belanda hingga jepang yang menjajah tanah air kita “Baldatun thoyyibun wa robbun ghofur” negeri yang disebutkan dalam sumber hokum islam sebagai negeri yang baik yang bagaikan surganya dunia.
Lebih dari 3,5 abad negeri ini dijajah oleh kaum yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan terhadap sesama manusia terutama mereka membrangus generasi ke generasi hingga kekuasaan bukan lagi milik pribumi atau orang yang bertempat tinggal ditataran wilaah nusanatara ini.
Berangkat dari peristiwa kelam itu, dimulai gerakan dari kaum intelektual muda bangsa ini yakni tepatnya pada 28 Oktober 1928 dalam catatan sejarah bangsa ni dijelaskan bahwa rempugnya jong jawa, jong sumtra, jong Kalimantan, jong Sulawesi, jong papua hingga senua elemen berkumpul untuk bagaimana peran pemuda dalam membangun perdaban bangsa yang lebih beradab dan berprikemanusiaan terlebih satu kata hanya Merdeka. Ya merdeka dari para kolonialisme bangsa asing atas kekuasaannya diproibumi ini.
Kita (pemuda) sebagai kepnajangan tangan tokoh muda diera pra kemerdekaan adalah manifestasi kelanjutan dari semangat nilai-nilai kebangkitan pemuda untuk menjawab tantangan zaman. Zaman yang hari ini kita sebut sebagai era “Post-Truth” era dimana kita harus bisa berdapatasi dengan digitalisasi semuanya bermuara pada perkembangan teknologi dan informasi yang popular disebut dengan istilah 4.0.
Pemuda hari ini menentukan akan nasib abaik-buruknya bangsa kedepan, bahwa perkembangan dunia digital sudah merebakl diseluruh sasaran yang tua, muda, higga remaja semuanya terkena dengan gempuran teknlogi ini. Yang hari ini kabar “Hoax dan Isu Sara´ adalah hal yang sangat fundamental atau mendasar. Karena, gelombang demikian terus saja terjadi dikalang milenial. Mislanya resistensi terhadap sesama bangsa yang berbeda agama, suku, Bahasa dan etnis. Kita sebagai generasi Founding Father bangsa ini mempunyai tanggung jawab besar dalam menjaga dan membumihanguskan masalah tersebut.
Ada beberapa yang harus kita lakukan diantaranya mulai dari diri kita yakni harus lebih produktif dalam memilah dan memilih issue atau dalam kalangan pesantren popupel dengan istikah Kalam Khobari ialah kalam yang dimana belum jelas atas kebenaran dan keaslian kebar tersebut perlu adanya cek and ricek sekligus tabayyun sehingga kita tidak terbawa arus tersebut. Harus banyak mampu memfilter/menyararing ya saring sebelum share. Nah, petunjuk semaca ini bisa menjadi rekomendasi untuk kita sebagai generasi muda dalam menjawab tantangan zaman. Fenomena hari ini bahwa, Ótak kalah cepat dengan jempol/jari tangan” artinya kita lebih sering mengkonsumsi mentah-mentah informasi tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu.
Sebagai generasi bangsa ini kita mempunya kewajiban untuk sama-sama mengedukasi masyarakat, sahabat, temen sekeliling kita bahwa pentingnya diera “Post-Truth” ini untuk bagaimana lebih mengedepankan rasional yang komprehensif bahwa yang salah ya katakana salah jangan dibolak-balik.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020