Belajar Dari Rutinitas CEO Dunia
Digdayamedia.id | Ternyata CEO besar dunia adalah orang biasa seperti kita. Mereka memiliki rutinitas yang sama setiap hari. Bedanya, dalam rutinitas yang mereka jalani, mereka mengalami dinamika, gejolak dan hasrat untuk selalu menemukan hal baru. Jadi jangan risau dengan rutinitas kita yang biasa. Yang perlu dipikirkan adalah sudahkah anda memaknai rutinitas itu dengan tujuan yang lebih besar bernama “panggilan jiwa.”
Perasaan sakit, lelah, bosan dengan rutinitas adalah hal yang biasa dialami semua pihak. Mereka yang bertahan dan tabah akan rutinitas itu akan menjadi pemenang. Seringkali kita menyalahartikan rutinitas yang sepele. Padahal, rutinitas itu yang akan membentuk jati diri. Siapa pula yang tidak bosan, bila setiap senin misalnya harus rapat rutin membahas agenda kantor. Padahal tidak semuanya hal yang penting. Kadang, yang dibahas hanya persoalan sepele.
Tapi, bila kita cermat melihat rutinitas itu. Semua orang akan tersadar, dari rutinitas kita bisa mengevaluasi banyak hal. Mengerjakan hal-hal kecil untuk tujuan akhir yang besar. Bahkan yang perlu kita ingat. Perubahan tak akan menunggu kita. Dunia memang berjalan perlahan tapi tetap kejam. Melibas siapapun yang berdiam diri. Apalagi mereka yang mengungkapkan secara terbuka kekecewaannya pada segala hal. Tak ada ampun.
Mereka yang mudah kecewa tidak akan pernah membangun Sesuatu yang besar. Karena perasaannya selalu diiringi dengan ketidakpuasan. Sebaliknya, mereka yang membangun perlahan, setahap demi setahap akan mengokohkan mimpinya. Bahkan nantinya memiliki nilai moral yang tidak mudah goyah diterpa keadaan. Apalagi yang mereka yang selalu bersyukur, keberkahan akan selalu menyertai.
Mungkin, rasa kecewa kadang muncul saat kita jadi anggota, atau jadi pimpinan di organisasi. Perasaan itu wajar bila dikelola dengan baik. Saran saya, jangan pernah memunculkannya di media sosial. Apalagi melalui percakapan melalui ‘text’. Hal itu akan menjebak dan mengakhiri karir kita. Bilapun tidak, kepercayaan orang terhadap kita akan berkurang. Akhirnya Masa depan tentang pencapaian gemilang tidak akan sesempurna yang dibayangkan.
Kesadaran Dalam Organisasi yang Saya Alami
Saya sebetulnya sadar, tidak semua orang akan bertahan dengan rutinitas yang membosankan. Tapi dari sana pula saya bisa menilai, siapa yang berorganisasi dengan nafas yang panjang. Siapa yang serius atau tidak. Siapa yang tujuan pribadinya lebih besar dari tujuan organisasi. Semua karakter akan muncul dalam jangka panjang evaluasi. Dari sana pula saya bisa mengevaluasi diri sendiri, mampukah saya tabah menghadapi setiap persoalan yang tidak semuanya bisa saya atasi.
Tekad saya, mudah-mudahan tidak akan pernah mundur dalam menghadapi masalah. Justru masalah-masalah yang muncul semakin memperkaya saya dalam mengelola sebuah perahu yang bernama organisasi. Saya tidak akan pernah memaksa orang untuk bertahan, atau memaksa orang lain untuk pergi. Setiap jiwa dan pikiran memiliki kehendak merdeka. Mereka bebas menentukan langkah kehidupannya sendiri.
Dalam pengalaman organisasi yang dibangun, minimal saya pernah berkontribusi menyediakan tempat untuk belajar. Bila tak ingin belajar lagi, pintu organisasi selalu terbuka lebar untuk mereka yang ingin pergi. Mau bersyukur atau banyak mengeluh, itupun ditentukan oleh kehendak pribadi. Jadi, silahkan semua bebas memilih. Kita yang sudah berusaha semaksimal mungkin berbuat baik tidak harus merasa rugi bila ditinggal pergi.
Penulis, Dede Qodrat Alwajir, Direktur Pelaksana Spectrum Data Indonesia