Dwi Fungsi TNI, Harga Yang Terlalu MAHAL

Oleh: Dede Qodrat Alwajir
Belum usai berbagai kontroversi yang terjadi di negeri ini. Kini, isu soal dwi fungsi TNI mulai bergejolak kembali. Rancangan Undang Undang TNI yang sedang dibahas DPR, terkesan tertutup. Bahkan, seperti sembunyi-sembunyi karena khawatir diketahui publik.
Pembahasan ini berdampak kepada munculnya ke khawatiran publik, soal supremasi sipil yang sudah mulai dikangkangi. Militer mulai masuk ranah sipil, lalu lambat laun mencoba menguasai berbagai lini kehidupan negara.
Terlalu kelam sejarah masa lalu yang pernah bangsa ini alami. Ketika Militer keluar dari barak dan ikut campur urusan sipil. Masyarakat seperti dikebiri. Hak asasi manusia hanya mimpi belaka. Tidak pernah jadi benar-benar kuasa.
Setelah Reformasi mengembalikan Militer ke barak, kita dianugerahi kehidupan yang bebas dan beradab. Siapa saja bebas beraktivitas dan berkehendak sesuai dengan hak yang dimilikinya. Namun, 27 tahun berlalu isu TNI mulai masuk diranah sipil mulai menyeruak kembali. Berbagai jabatan mereka pegang dan kuasai.
Hanya karena alasan di internalnya banyak perwira aktif non job. Alasan yang tidak seharusnya disampaikan. Karena hal ini berpotensi menabrak konstitusi pasal 30 ayat 3, “Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.”
Sesuai konstitusi, Militer adalah alat negara yang bertugas untuk menjaga kedaulatan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu bila mereka ingin masuk sipil seharusnya pensiun dini. Namun, faktanya saat ini itu tidak terjadi. Jabatan – jabatan sipil mulai diisi oleh tentara aktif. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan jika dibiarkan begitu saja.
Tidak ada yang dapat memperkirakan dan membayangkan jika kita akan hidup lagi dibawah sepatu PDL dan popor senjata. Bila itu yang tidak kita inginkan, maka sejatinya kita harus menolak dwi fungsi TNI. Karena harganya terlalu mahal untuk Indonesia yang sedang tertatih bangkit dengan kekuatan rakyatnya.
Penulis adalah Dosen Universitas Bina Bangsa dan Direktur Spectrum Data Indonesia