Mari Bicara Soal Cinta, Nafsu, dan Filsafat
Digdayamedia.id- Secara general orang mengartikan cinta lebih kepada cara mengekspresikan, mendapatkan, mempertahannkkan, kehilangan, serta hal-hal yang berkenaan dengan bentuk emosi yang menyertainya.
Cinta kerap dikaitkan dengan pertemuan, persatuan, janji, ikatan bahkan sampai perpisahan. Cinta identik dengan kata indah serta pembuktian atau pengorbanan karnanya.
Cinta kerap dijadikan alasan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tak disanggupi, atau bahkan dijadikan alasan untuk pergi dan melakukan hal lain untuk cinta yang lain. Cinta juga kerap dijadikan alasan insan untuk memberi dan menyakiti.
Tapi menurut Sujiwo Tejo, cinta ya cinta. Tak perlu penafsiran dan alasan, jika sudah ada tafsiran dan alasan maka ia menganggap itu bukan cinta. Itu hanya bualan yang mengada-ada.
Cinta memang ada dengan sendirinya dan tak perlu di tafsir dan dicari alasannya. Ketika orang telah memiliki cinta, seseorang akan dengan sendirinya melakukan apapun tanpa merasa luka dan susah. Tanpa merasa harus dibalas atau diberi kebaikan seperti yang ia lakukan.
Cinta tak mengenal kata berkorban, karna dengan cinta seseorang tidak akan pernah merasa berkorban dengan atau untuk yang dicintainya. Dengan cinta insan akan melakukan segalanya dengan senang tanpa ada hal yang menuntut, dan tak juga menuntut balasan.
Begitulah tuhan menganugerahkan cinta, karna tuhanpun begitu, tak pernah merasa rugi dan berkorban memberikan segalanya untuk hambanya. Dan apabila kita merasa berkorban karna sesuatu, berarti itu bukan cinta. Baiknya kita juga begitu pada tuhan, ada atau tidak ada balasan dari Nya, kita akan lakukan segala hal untuk Nya. Kita akan menjalankan perintah dan larangan-Nya tanpa harus takut neraka dan inginkan surga.
Kalau memang cinta, harusnya kita pasrah pada apa yang ia berikan, dan sekali saja kita inginkan sesuatu dari apa yang kita lakukan untuk tuhan, maka itu bukan cunta, itu nafsu. Karna dengan cinta, di neraka pun kita rela karna tuhan.
Mnj