Mari Mengevaluasi Diri
Digdayamedia.id | Terlihat bersih tapi masih dibersihkan, terlihat kotor tapi tetap dibiarkan, merupakan ungkapan yang biasa kita dengar atau kebiasaan yang masih kita lakukan selama ini, tetapi apakah kalian tau sebenarnya dari apa yang kita fikirkan di dalam situasi yang seperti itu? Coba sejenak kita uraikan bersama.
Oke, saya mulai dengan teman-teman (pembaca) rileksasi dalam suasana ramai namun tentram seperti ditaman, mall, atau di cafe maupun di warkop, coba teman-teman lihat sekitar apakah ada yang sedang dibersihkan tetapi tidak kotor dan dibiarkan walaupun kotor? Jika ada coba perhatikan apakah kita sebagai orang yang melihat hal itu tergerak untuk membersihkan ditengah ramainya orang-orang ataukah malu untuk berbuat hal yang sekonyol itu walaupun itu hanya sepuntung rokok yang tergeletak dibawah kaki kita saat ini atau tetap membiarkan dan beranggapan bahwa “nanti juga ada yang membersihkan ini jadi ya biarin aja”, dan seseorang yang menyapu serta mengepel didalam mall walaupun itu tidak terlihat kotor sama sekali tetapi tetap ia lakukan, mungkin sebagian orang bilang “memang itu kerjaan dia kalau dia tidak seperti itu ya tidak mendapatkan gaji”.
Mungkin menurut banyak orang beranggapan bahwa hal yang seperti itu wajar untuk mereka yang melakukannya, tetapi jika kita renungkan bersama, mungkin itu menjadi suatu yang bisa mengubah diri kita maupun kepribadian kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dikemudian hari, bukan hanya dari harta atau jabatan yang akan merubah kita tetapi dari hal kecillah kita dipandang oleh tuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, jika kita ulas kembali dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).”, disinilah Allah memberikan Qodarnya untuk manusia merubah yang sudah ditakdirkan oleh-Nya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Teringat nasihat dari guru sekaligus mentor penulis yaitu Bpk Dede Qodrat Al-wajir yang selalu mengingatkan “jangan merubah dari hal yang besar karena itu sulit untuk diubah tetapi ubah kebiasaan buruk yang kecil dahulu agar kita tau cara mengatasi masalah yang lebih besar”, hal inilah yang selalu penulis mencoba lakukan sebisa mungkin untuk merubah kebiasaan buruk walaupun masih belum bisa merealisasikan secara benar.
Oleh karena itu jangan pernah merasa bangga dengan kesalahan yang sedikit dibandingkan orang lain yang banyak sekali melakukan kesalahan serta menegurnya dengan tidak berfikir bahwa kita juga belum bisa melakukan, hal ini dijelaskan pula pada penggalan ayat yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Jadi uraian diatas adalah cerminan hati kita, apakah harus kita tunggu kotor dulu untuk dibersihkan atau kita merasa diri kita bersih padahal kita tau banyak debu yang menempel pada sesuatu yang bersih (yang tidak terlihat mata). Maka dari itu penulis mengajak kembali kepada seluruh teman-teman (pembaca) dan untuk penulis pribadi untuk mengevaluasi diri sebelum menjadi habbit atau kebiasaan yang sudah sangat melekat didalam diri kita semua, dan semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. (Amiin)
ags