Partai Gelora Indonesia: Ajang Pertarungan Anis Matta dan Fahri Hamzah
Oleh: Ria Dahlia
Masuk ke partai yang sudah jadi itu tak ada seni dan tantangannya, karena infrastruktur dan sarananya sudah terpenuhi dari pusat sampai ke daerah. Sedangkan kalau partai baru apalagi yang “baru” akan terbentuk itu pasti banyak sekali tantangannya, karena kita akan berjuang dari nol. Kita bisa merasakan betapa berat perjuangannya, belum lagi bila partai baru itu merupakan “pecahan” dari sebuah partai lama. Tentu beban psikologisnya lebih berat lagi, lebih terasa “geeget” dan romantikanya.
Karena akan selalu menjadi sorotan semua pihak, baik yang diluar komponen partai baru tersebut terlebih lagi dari partai induknya yang tentu saja takkan “rela” membiarkan partai baru ini berkembang pesat melampaui mereka. Partai baru harus berjuang keras untuk melepaskan diri dari bayang-bayang partai induknya, yang pasti akan selalu mengikuti mereka hingga ke satu titik yang entah kapan akan berakhirnya.Tentu hal ini lumrah saja dan sudah merupakan konsekuensi (resiko) yang harus ditanggung oleh sebuah partai baru yang memecah diri dari partai lama, mau tidak mau suka tidak suka orang pasti akan selalu membanding-bandingkan mereka dari segi apapun juga.
Dan inilah beban psikologis terberat yang dihadapi sebuah partai baru, dimana partai baru ini harus mampu membuktikan kepada publik bahwa mereka bisa lebih baik dari partai lama mereka. Bahwa mereka bisa berdikari dan melangkah tanpa terbebani oleh bayang-bayang partai lama yang pernah menaungi mereka. Dan ini tentu saja tak mudah, karena akan banyak sekali tantangan juga kendalanya. Sebuah pembuktian yang akan menjadi pertaruhan politis yang luar biasa bagi partai baru, berhasil ataukah gagal?
Bila berhasil dan mereka mampu melewati hari-hari berat itu, yakni mereka bisa lebih baik dari sebelumnya maka mereka akan diapresiasi oleh berbagai pihak yang sekaligus juga merupakan “tamparan keras” bagi partai lama mereka. Namun bila tidak berhasil, maka mereka akan dicap sebagai produk gagal alias pecundang yang pasti akan dicibiri, dibully dan ditertawakan oleh partai lama mereka. Bisa jadi label BSH atau barisan sakit hati yang gagal “move on” akan disematkan kepada mereka, dan ini tentu saja sungguh sangat menyakitkan sekaligus memalukan.
Nah,sebagai cikal bakal sebuah partai baru, mampukah Partai Gelora Indonesia membuktikannya? Membuktikan kepada publik bahwa mereka adalah para “petarung sejati”, yang akan menjadikan Partai Gelora sebagai partai yang diperhitungkan dan disegani baik oleh kawan maupun lawan. Sungguh akan menjadi ajang pembuktian kepiawaian “duo politikus handal”, yakni Anis Matta dan Fahri Hamzah yang merupakan pentolan dan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Mampukah duet nakhoda ini membawa kapal besar yang bernama Partai Gelora Indonesia mengarungi samudera luas, menghadapi terjangan gelombang bahkan badai hingga selamat sampai ke pelabuhan? Apakah Anis Matta dan Fahri Hamzah beserta semua ABK-nya dengan narasi besar mereka, menjadikan Indonesia sebagai “Kekuatan 5 Besar Dunia” mampu diwujudkan? Ataukah narasi itu cuma akan menjadi sebuah “mimpi kosong di siang hari” yang tak pernah menemui kenyataannya, apakah Partai Gelora Indonesia akan menjadi Pemenang ataukah Pecundang?
Gebrakan apa yang akan dilakukan oleh duo tokoh reformasi Anis Matta dan Fahri Hamzah dengan Partai Gelora-nya? Dan sebagai salah satu pengurus, tentu saja saya yakin dan percaya kalau kedua tokoh besar ini akan mampu membuktikannya. Menjadikan Partai Gelora Indonesia sebagai partai yang kuat dan mandiri, bukan partai dari kumpulan orang yang “sakit hati” (kecewa) sebagaimana dituduhkan oleh partai lama kami. Dengan semangat menggelora, kami siap berlayar mengarungi samudera di jagat perpolitikan Indonesia bahkan dunia. Insyalloh.
*Ketua DPD Bidang Kewanitaan Partai Gelora Indonesia Tangsel