Rute Baru
Menikmati jalan tol memang asyik, tapi ada yang lebih asyik, naik angkutan umum. Kira-kira itulah ungkapan saya ketika pertamakalinya menggunakan angkutan umum jenis kereta di stasiun Rangkasbitung. Kereta dengan penggerak utama tenaga listrik ini lebih akrab disapa Commuterline. Relnya terbentang dari Rangkasbitung sampai Tanah Abang. Menteri Perhubungan semasa Iganisius Jonan lah yang berhasil membuat revitalisasi kereta sebagai angkutan umum menemukan bentuk sempurnanya.
Kita tidak berhenti takjub, doble track dibangun sampai Rangkasbitung. Dari situ pula bertahap pembangunan berkesinambungan dengan pembenahan yang menyeluruh setiap stasiun. Kini stasiun-stasiun kecil seperti Rangkasbitung, Tenjo, Citeras, Cicayur menampilkan wajah baru yang nampak rapih. Tidak ada lagi kesemrautan disana-sini. Pelayanan yang ramah. Ticketing yang menggunakan kartu multi trip membuat mobilisasi penumpang tidak terhambat. Seperti kalimat yang sering diulang-ulang oleh masinisis di dalam Commuterline, tinggal tap and go. Sungguh sempurna.
Commuterline yang dibuat rapih ini memberikan makna mendalam bagi kita sebagai warga Negara. Bahwa memang sejatinya pelayanan publik adalah perwajahan turun tangannya pemerintah terhadap urusan rakyat. Ketika diurus dengan benar, sebetulnya rakyat akan mudah patuh dan berpindah ke layanan pemerintah. Mengingat saat ini beban ekonomi yang begitu berat, maka perlu dihadirkan layanan transportasi yang murah dan dapat dijangkau oleh semua pihak.
Dengan transportasi yang murah, rakyat akan terbantu secara ekonomi. Mobilisasi mudah dan tentu saja pendapatan pribadi akan meningkat untuk setiap warga karena ongkos transportasinya berkurang. Bayangkan saja, jika kita ingin ke Tanah Abang menggunakan jalan tol kita akan menghabiskan ratusan ribu hanya untuk membei bensin. Ditambah biaya tol yang cukup mahal, mudah sekali mengempiskan isi kantong. Ajaibnya, dengan menggunakan Commuterline cukup mengeluarkan delapan ribu rupiah saja. Sangat murah sekali. Coba bandingkan betapa jauh perhitungannya.
Dua perbandingan tadi tak jauh seperti hidup kita. Ada yang terbiasa dengan rute-rute mahal. Seperti hidup dengan gaya hedonis, lebih mementingkan kepentingan pribadi. Padahal banyak sekali alternatif untuk hidup murah. Sederhana dengan tanggung jawab ikatan sosial yang kuat. Catatannya, jangan terjebak dengan yang sudah ada. Apalagi yang sudah biasa. Temukan selalu rute baru. Dengan itu bisa jadi lebih murah, bisa jadi lebih mudah. Salam Digdaya!
Penulis, Dede Qodrat Alwajir, Direktur Spectrum Data Indonesia