Jalanan Pernah Sepi, Tapi Tidak Hari Ini
Digdayamedia.id- Kerasa gak sih, kebijakan dan respon pemerintah soal beberapa isu akhir-akhir ini terkesan payah sekali, tapi mereka seperti “sudah basah, yasudah nyemplung saja sekalian.” Respon lambat, memberi tanggapan tapi nyeleneh. Membuat kebijakan yang kontroversial dan jelas mengundang keramaian.
Dalam RKUHP, dukun santet bisa dipidana 3 tahun penjara, menghina presiden bisa dipidana 3,5 tahun penjara. Pertanyaan saya: bagaimana jika nanti ada orang kesurupan lalu mencaci-maki presiden? Yang akan dihukum, orang yang kerasukan atau jin yang merasuki?.
Mungkin kita semua pernah melihat jalanan diluar sana sepi, tapi tidak untuk hari ini. Demonstrasi mahasiswa selalu begitu. Karena parlemen jalanan tidak pernah mati atau berubah, melainkan kualitas penguasa dan keadaan masyarakat yang membuatnya terasa berbeda.
Jalanan sepi ketika penguasa tidak terlalu banyak ulah dan masyarakat cukup bahagia. Sebaliknya, jalanan akan penuh dan sesak ketika penguasa terlalu banyak tingkah dan rakyat makin menderita.
Akan selalu ada cukup data dan argumen untuk membenarkan banyak hal. Termasuk mengapa pemerintah mengambil kebijakan yang merugikan, dan mengapa rakyat marah karenanya. Tapi sayangnya ini bukan hanya soal perkara kajian dan data. Ini perkara keberpihakan dan hati nurani.
Mana ada orang menderita, hidup susah, hak dipreteli kemudian senang-senang saja dan mengucapkan terimakasih?
Sekarang giliran pemerintah yang tau diri, karena rakyat sudah cukup lama memaklumi. Janji tak ditepati, kritik ‘dihukum mati.’ Bencana melanda, rakyat diminta sabar. Beras mahal, rakyat disuruh diet. Betul sih, tapi Anda ngeselin juga lama-lama.
Turunkan harga-harga, cepatlah tanggap pada bencana, lindungi hak warga negara. Baiklah, kami mengerti bahwa ekonomi dunia sekarang sedang tidak baik-baik saja. Tapi setidaknya Anda bisa memulainya dengan membangun manusia dan menangkap koruptor sekaligus para mafia.
Namun, sepertinya Anda setengah hati membangun manusia dan tak punya nyali hadapi mafia. Sekadar contoh saja: apa kabar Sepak Bola dan apa kabar Karhutla?
Tapi kan… tapi kan…
Sudahlah, kami tak butuh alasan. Kami butuh keberpihakan, jalanan akan semakin ramai, tolong Anda tau diri!
Ilham Nurjaman(Manusia)